Beranda WISATA KULINER Menyelami Keunikan Kuliner Khas Aceh: Perpaduan Budaya dan Cita Rasa Nusantara
WISATA KULINER

Menyelami Keunikan Kuliner Khas Aceh: Perpaduan Budaya dan Cita Rasa Nusantara

kuliner khas Aceh

Wisatarakyat.com – Aceh, daerah yang terletak di ujung barat Indonesia, bukan hanya dikenal karena sejarah panjang dan kekayaan budayanya, tetapi juga karena kekayaan Kuliner Khas Aceh yang tak ternilai. Dari hidangan berat hingga camilan tradisional, makanan khas Aceh memancarkan cita rasa kuat hasil perpaduan budaya Timur Tengah, India, hingga Tionghoa.

Ragam masakan tradisional dari Serambi Mekkah ini memiliki ciri khas tersendiri: kaya akan rempah, berani dalam rasa, dan memiliki filosofi budaya yang melekat di setiap sajian. Tak hanya sebatas mie Aceh yang sudah akrab di lidah masyarakat Indonesia, ternyata masih banyak hidangan lain yang tak kalah menggoda. Berikut ini ulasan lengkap tentang deretan kuliner khas Aceh dan keunikan di balik setiap hidangannya.

Keunikan Kuliner Khas Aceh

Berikut dibawah ini Keunikan Kuliner Khas Aceh:

1.      Akulturasi Budaya dalam Sepiring Mie Aceh

Mie Aceh merupakan ikon kuliner yang tidak dapat dipisahkan dari citra provinsi ini. Di balik tampilannya yang sederhana, mie Aceh menyimpan kompleksitas rasa yang dalam. Kuah kari kental yang menjadi ciri khasnya mencerminkan pengaruh budaya India yang berpadu harmonis dengan teknik masak ala Tionghoa.

Ada dua varian utama dari mie Aceh: mie goreng (dengan sedikit kuah) dan mie kuah yang lebih berlimpah bumbu. Isian pun bervariasi, mulai dari potongan daging sapi, cumi, udang, hingga kepiting, memberikan kebebasan bagi penikmatnya untuk memilih sesuai selera. Tak hanya mengandalkan rasa pedas gurihnya, mie Aceh juga memiliki kekuatan dari aroma rempah yang khas, menjadikannya sebagai salah satu menu wajib coba bagi siapa saja yang berkunjung ke provinsi ini.

2.      Sajian Tradisional Berbasis Laut dan Darat yang Sarat Filosofi

Aceh sebagai daerah pesisir, memiliki banyak makanan berbasis hasil laut. Salah satunya adalah eungkot paya, yakni hidangan gulai ikan air payau khas Aceh Besar yang menggabungkan cita rasa pedas, asam, dan gurih dalam satu sajian.

Kemudian, ada keumamah atau sering dijuluki sebagai “ikan kayu” karena tampilannya yang kering dan keras. Ikan tongkol yang telah dikeringkan ini diolah kembali dengan rempah-rempah khas hingga menghasilkan sajian gurih pedas yang menggugah selera. Uniknya, keumamah sering disimpan untuk jangka panjang, menjadikannya solusi makanan darurat di masa lalu.

Berlanjut ke daratan, ada sie reuboh, kuliner tradisional dari daging sapi yang di rebus bersama cuka dan bumbu khas. Biasanya di hidangkan saat momen meugang, sebuah tradisi masyarakat Aceh menjelang Ramadan dan Idul Adha. Sie reuboh bukan sekadar lauk, tetapi juga simbol rasa syukur dan semangat berbagi.

Satu lagi yang tidak boleh di lewatkan adalah kuah pliek, masakan berkuah berwarna cokelat gelap yang terbuat dari fermentasi kelapa parut bernama “pliek u”. D ibalut dengan beragam sayur seperti nangka muda, daun melinjo, dan terong, kuah pliek menjadi cerminan kecerdasan lokal dalam memanfaatkan bahan alam sekitar.

3.      Kudapan Tradisional Aceh: Manis, Unik, dan Sarat Makna

Tak hanya terkenal dengan hidangan beratnya, Aceh juga memiliki aneka camilan dan kue tradisional yang tak kalah menarik. Salah satunya adalah kue bhoi, camilan manis yang berbentuk unik seperti bunga atau ikan. Biasanya di sajikan saat acara pernikahan atau sebagai oleh-oleh khas Aceh.

Berikutnya, ada kue seupet, camilan berbahan dasar tepung beras, telur, dan santan yang memiliki bentuk menyerupai kipas atau gulungan kecil. Teksturnya renyah dan cita rasanya ringan, menjadikannya pilihan tepat untuk teman minum teh.

Meuseukat, yang terbuat dari campuran tepung, gula, nanas, dan margarin, merupakan kudapan khas yang mirip dodol, namun memiliki aroma dan rasa buah yang lebih kuat. Biasanya, meuseukat menjadi sajian spesial dalam upacara pernikahan atau sebagai lambang penghormatan.

4.      Nasi Gurih, Pelengkap yang Menyatukan Cita Rasa

Setiap daerah memiliki sajian berbasis nasi yang khas, dan Aceh pun tidak ketinggalan dengan nasi gurih. Mirip dengan nasi uduk, nasi ini di masak dengan santan yang kaya aroma, di sajikan bersama lauk khas seperti ayam tangkap, tempe goreng, sambal belacan, dan taburan bawang goreng.

Ayam tangkap sendiri merupakan sajian unik berupa potongan ayam goreng yang di balut dedaunan kari dan pandan, menciptakan sensasi gurih serta aroma wangi yang sangat khas. Nasi gurih menjadi pilihan utama untuk sarapan maupun makan siang, sekaligus pengingat akan kehangatan masakan rumahan Aceh.

5.      Pelestarian Budaya Kuliner Aceh Melalui Generasi Muda

Keanekaragaman kuliner khas Aceh bukan hanya soal cita rasa, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakatnya. Dalam menghadapi modernisasi dan arus globalisasi, pelestarian kuliner tradisional menjadi hal yang patut di perhatikan.

Saat ini, sejumlah pegiat kuliner dan UMKM di Aceh mulai aktif mempromosikan makanan lokal lewat media sosial, festival kuliner, hingga program edukasi di sekolah-sekolah. Tujuannya bukan sekadar menjaga warisan leluhur, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru di sektor pariwisata kuliner.

Melalui keunikan bahan, metode memasak tradisional, dan cerita yang menyertainya. Kuliner khas Aceh mampu membangkitkan minat wisatawan dan membuka jendela pemahaman lebih luas tentang kekayaan budaya Indonesia.

Sebelumnya

Pulau Rubiah Aceh : Lokasi, Harga Tiket, Jam Buka, Daya Tarik & Fasilitas

Selanjutnya

Pulau Tailana Aceh: Lokasi, Harga Tiket, Jam Buka, Daya Tarik & Fasilitas

Wisata Rakyat