Wisatarakyat.com – Gorengan merupakan makanan yang sangat digemari oleh banyak orang karena rasanya yang gurih dan teksturnya yang renyah.

Namun, kebiasaan mengonsumsi gorengan setiap hari dapat memberikan dampak negatif yang signifikan bagi kesehatan tubuh.

Gorengan adalah salah satu jenis makanan yang mudah ditemukan di berbagai tempat, dari warung pinggir jalan hingga restoran. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang renyah sering membuat orang sulit menahan diri untuk tidak mengonsumsinya.

Namun, di balik kenikmatannya, ada berbagai risiko kesehatan yang mengintai bagi mereka yang sering makan gorengan. Kebiasaan mengonsumsi gorengan secara berlebihan dapat berujung pada berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh.

Penting untuk diketahui bahwa penggorengan makanan mempengaruhi kandungan gizi dan kadar lemak dalam makanan tersebut. Minyak yang digunakan untuk menggoreng akan diserap oleh makanan, menambah jumlah kalori yang terkandung di dalamnya.

Bila hal ini dilakukan secara berlebihan, dampaknya bisa sangat merugikan bagi kesehatan tubuh. Mengonsumsi makanan dengan lemak jenuh dan trans yang tinggi dalam jumlah banyak bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.

Salah satu dampak paling jelas dari kebanyakan makan gorengan adalah peningkatan risiko obesitas. Gorengan mengandung kalori tinggi karena minyak yang diserap selama proses penggorengan.

Jika seseorang mengonsumsi terlalu banyak gorengan dalam sehari, maka jumlah kalori yang masuk ke tubuh bisa melebihi kebutuhan harian.

Ketika kalori berlebih ini tidak dibakar melalui aktivitas fisik, tubuh akan menyimpannya sebagai lemak, yang akhirnya menyebabkan penambahan berat badan. Obesitas dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi.

Selain menyebabkan obesitas, kebiasaan makan gorengan juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Makanan yang digoreng, terutama yang digoreng dalam minyak berulang kali, mengandung lemak trans yang berbahaya bagi kesehatan jantung.

Lemak trans dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL). Hal ini menyebabkan penumpukan plak pada dinding arteri, yang dapat mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung atau stroke.

Penyakit jantung menjadi salah satu penyakit yang sangat rentan dialami oleh mereka yang sering mengonsumsi gorengan. Konsumsi gorengan yang berlebihan juga berhubungan erat dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2.

Proses penggorengan yang menghasilkan lemak trans dapat memengaruhi sensitivitas tubuh terhadap insulin, hormon yang berfungsi mengatur kadar gula darah. Ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efisien, kadar gula darah akan meningkat, yang pada akhirnya berisiko menyebabkan diabetes tipe 2.

Kebiasaan makan gorengan setiap hari dapat menyebabkan penurunan kemampuan tubuh dalam mengatur gula darah, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya diabetes.

Selain meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes, kebiasaan mengonsumsi gorengan secara berlebihan juga dapat berhubungan dengan peningkatan risiko kanker. Selama proses penggorengan, minyak yang digunakan dapat menghasilkan senyawa kimia berbahaya, seperti akrilamida, yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh.

Akrilamida merupakan senyawa yang dapat memicu pembentukan sel kanker di tubuh. Semakin sering kita mengonsumsi makanan yang mengandung akrilamida, semakin tinggi pula risiko terkena kanker, terutama kanker saluran pencernaan, paru-paru, dan payudara.

Makanan yang digoreng cenderung sulit dicerna oleh tubuh karena kandungan lemaknya yang tinggi.  Lemak yang ada pada gorengan dapat memperlambat proses pencernaan dan membuat perut terasa berat.

Selain itu, makanan yang mengandung lemak jenuh dan trans dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan, seperti perut kembung, mulas, dan sembelit. Terlebih lagi, minyak yang digunakan dalam penggorengan bisa memperburuk kondisi bagi orang yang memiliki masalah pencernaan, seperti penyakit refluks asam lambung atau sindrom iritasi usus.

Selain dampak pada organ internal tubuh, kebiasaan makan gorengan juga dapat mempengaruhi kesehatan kulit. Lemak trans yang terkandung dalam gorengan dapat merusak kolagen dan elastin di kulit, dua protein yang bertanggung jawab menjaga kekenyalan dan elastisitas kulit.

Ketika kolagen dan elastin rusak, kulit menjadi lebih rentan terhadap kerutan dan tanda-tanda penuaan dini. Jika kebiasaan makan gorengan ini terus berlanjut, kulit akan terlihat lebih kusam, kendur, dan kehilangan kelembapannya.

Meskipun gorengan bisa menjadi makanan yang nikmat, penting untuk membatasi konsumsinya agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Salah satu cara untuk mengurangi dampaknya adalah dengan mengatur frekuensi konsumsi gorengan.

Sebaiknya, gorengan hanya dikonsumsi sesekali dan tidak menjadi bagian utama dari pola makan sehari-hari. Selain itu, kita bisa memilih metode memasak yang lebih sehat, seperti memanggang, merebus, atau mengukus, yang tidak melibatkan minyak dalam jumlah besar.

Jika terpaksa harus menggoreng makanan, pilihlah minyak yang lebih sehat, seperti minyak zaitun atau minyak kelapa, yang memiliki kandungan lemak sehat.

Hindari menggunakan minyak secara berulang karena dapat meningkatkan kandungan lemak trans dalam makanan. Pastikan juga suhu penggorengan tidak terlalu tinggi, karena suhu yang terlalu panas dapat mengubah minyak menjadi bahan yang berbahaya bagi tubuh. Temukan artikel kesehatan lain di pafisul.org.

Bagikan: