Wisatarakyat.com – Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, sering dikaitkan dengan peningkatan emosi marah pada penderitanya.

Banyak orang dengan hipertensi melaporkan bahwa mereka lebih mudah tersulut emosi. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: mengapa tekanan darah tinggi dapat menyebabkan seseorang lebih cepat marah?

Hipertensi adalah kondisi medis di mana tekanan darah terhadap dinding arteri meningkat secara kronis. Kondisi ini sering disebut sebagai “silent killer” karena gejalanya yang tidak selalu tampak jelas, namun dapat menyebabkan komplikasi serius seperti penyakit jantung, stroke, dan kerusakan ginjal.

Salah satu gejala yang sering dilaporkan oleh penderita hipertensi adalah peningkatan iritabilitas atau kecenderungan untuk mudah marah. Hubungan antara hipertensi dan emosi marah dapat dijelaskan melalui beberapa mekanisme fisiologis.

Saat seseorang mengalami stres atau marah, tubuh melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon ini menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan pembuluh darah menyempit, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.

Pada individu dengan hipertensi, respons ini dapat menjadi lebih intens, sehingga mereka lebih rentan terhadap perubahan emosi. Selain itu, hipertensi dapat mempengaruhi fungsi otak, khususnya area yang mengatur emosi.

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di otak, mengurangi aliran darah, dan mengganggu fungsi normal otak. Hal ini dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan peningkatan iritabilitas.

Faktor psikologis juga memainkan peran penting dalam hubungan antara hipertensi dan emosi marah. Mengetahui bahwa diri sendiri menderita penyakit kronis seperti hipertensi dapat menyebabkan stres dan kecemasan.

Perasaan ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat memicu respons emosional yang negatif, termasuk kemarahan. Penting untuk dicatat bahwa meskipun hipertensi dapat berkontribusi pada peningkatan emosi marah, tidak semua penderita hipertensi akan mengalami gejala ini.

Setiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap kondisi medis dan stres. Untuk mengelola emosi dan tekanan darah, penderita hipertensi disarankan untuk menerapkan gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang, olahraga teratur, dan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga.

Konsultasi dengan profesional kesehatan juga penting untuk mendapatkan strategi pengelolaan stres yang efektif.

Dengan memahami hubungan antara hipertensi dan emosi marah, diharapkan penderita dapat mengambil langkah proaktif dalam mengelola kondisi mereka, sehingga meningkatkan kualitas hidup dan mencegah komplikasi yang lebih serius.

Temukan artikel kesehatan lain di pafigorontaloutarakab.org.

Bagikan: