Masjid Agung Al-Azhar: Pusat Ibadah, Pendidikan, dan Sejarah di Jakarta Selatan

Wisatarakyat.com – Masjid Agung Al-Azhar di Jakarta Selatan menjadi salah satu ikon penting dalam perkembangan Islam modern di Indonesia. Lebih dari sekadar tempat ibadah, masjid ini turut mewarnai perjalanan sejarah, pendidikan, dan kegiatan sosial masyarakat. Usianya yang kini menginjak 67 tahun tak mengurangi kharisma bangunannya yang megah serta peran besarnya dalam membentuk generasi muslim.
Sejarah Pendirian dan Perubahan Nama
Masjid yang berdiri di Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, ini awalnya dikenal dengan nama Masjid Agung Kebayoran Baru. Pembangunannya berlangsung sejak 1953 hingga 1958 di bawah naungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar.
Nama “Al-Azhar” sendiri lahir dari usulan Syeikh Mahmud Syaltout, Rektor Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Saat berkunjung ke Indonesia, beliau menyarankan agar nama masjid diubah agar memiliki nilai simbolis dan semangat yang sama dengan lembaga pendidikan Islam tertua di dunia tersebut. Buya Hamka, yang kala itu menjabat sebagai salah satu pengurus masjid, menyambut baik ide tersebut.
Sejak itu, Masjid Agung Al-Azhar tumbuh menjadi pusat dakwah, pendidikan, sekaligus ruang pertemuan bagi umat muslim di ibu kota.
Ruang Ibadah dan Nilai Religius
Memasuki ruang utama, jamaah langsung merasakan nuansa sakral dengan cahaya alami yang masuk melalui jendela besar. Pada lantai dua, terpampang ayat kursi (QS. Al-Baqarah: 255) yang dikelilingi kaligrafi Asmaul Husna. Ornamen tersebut bukan hanya hiasan, melainkan juga pengingat akan keesaan Allah SWT.
Suasana bersih dan tertata membuat jamaah semakin khusyuk. Tidak heran jika masjid ini kerap menjadi pilihan utama masyarakat sekitar maupun wisatawan yang ingin beribadah.
Pusat Pendidikan Islam
Di balik bangunannya yang megah, Masjid Agung Al-Azhar juga dikenal luas sebagai pusat pendidikan. Yayasan Al-Azhar mengelola berbagai program pengajaran, mulai dari mengaji hingga pendidikan khusus.
Beberapa di antaranya yaitu Pendidikan Mubaligh Al-Azhar (PMA), Pendidikan Islam Al-Azhar (PIA), hingga Al-Azhar Muhtadin Institute (AMI) yang fokus mendidik mualaf. Kehadiran program-program ini memperkuat peran masjid sebagai pusat pemberdayaan umat, sejalan dengan visi Buya Hamka yang menekankan pentingnya keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu umum.
Akses Transportasi yang Mudah
Lokasi Masjid Agung Al-Azhar sangat strategis, berada di jalur utama menuju kawasan Blok M. Akses transportasinya pun beragam, sehingga mudah dijangkau oleh siapa saja.
-
MRT Jakarta: Turun di Stasiun ASEAN, lalu berjalan sekitar 500 meter.
-
TransJakarta: Tersedia halte khusus dengan nama Halte Masjid Agung.
-
Kendaraan pribadi: Area parkir masjid cukup luas dengan tarif terjangkau, baik untuk mobil, motor, maupun kendaraan boks.
Destinasi Religi dan Budaya
Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Al-Azhar juga menjadi destinasi religi sekaligus wisata budaya. Keberadaannya menyimpan nilai historis yang erat dengan tokoh besar Islam Indonesia, Buya Hamka, serta menjadi saksi perjalanan perkembangan Islam di ibu kota.
Kombinasi antara arsitektur yang khas, program pendidikan, dan akses yang mudah menjadikan masjid ini bukan hanya ruang spiritual, tetapi juga titik penting dalam lanskap sosial budaya Jakarta.
Penutup
Masjid Agung Al-Azhar adalah bukti bahwa rumah ibadah bisa menjadi pusat peradaban yang menyatukan nilai religius, pendidikan, dan sosial. Dengan sejarah panjang dan peran yang terus relevan, masjid ini layak dikunjungi tidak hanya oleh umat muslim yang ingin beribadah, tetapi juga masyarakat luas yang ingin memahami lebih dalam wajah Islam di Indonesia.