Wisatarakyat.com – Museum Tekstil Jakarta adalah salah satu tujuan wisata bersejarah di Indonesia . Meskipun Jakarta kini telah menjadi sebuah kota metropolitan dengan berbagai modernisasi, namun jejak sejarah yang panjangnya telah membekas, dan Indonesia masih menyimpan warisan bersejarah yang menarik

Sejarah Museum Tekstil

Sebelum menjadi museum tekstil, bangunan ini awalnya merupakan rumah pribadi yang dimiliki oleh seorang warga negara Perancis pada abad ke-19. Kemudian, bangunan ini dibeli oleh konsul Turki bernama Abdul Azis Almussawi Al Katiri, dan pada tahun 1942, ia menjualnya kepada Dr. Karel Christian Cruq.

Selama masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, bangunan ini digunakan sebagai markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan pada tahun 1947, Lie Sion Pin tinggal di sana. Pada tahun 1952, Departemen Sosial membeli bangunan tersebut dan menyerahkannya kepada Pemda DKI Jakarta. Pada tanggal 28 Juni 1976, bangunan ini secara resmi dijadikan Museum Tekstil oleh Ibu Tien Soeharto.

Gagasan untuk mendirikan Museum Tekstil muncul pada tahun 1975 sebagai respons terhadap munculnya tekstil modern yang dianggap dapat menggeser tekstil tradisional nusantara. Kelompok Pecinta Kain Tradisional Indonesia WASTRAPREMA, yang diprakarsai oleh Bapak Ir. Safioen (saat itu Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian), menjadi penggerak utama di balik gagasan ini. Dukungan juga diberikan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Bapak Ali Sadikin, yang menyediakan lokasi untuk pendirian museum, yakni bangunan yang terletak di Jl. KS Tubun No. 4 Petamburan, Jakarta Barat. Pada tanggal 28 Juni 1976, Museum Tekstil ini diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara pada saat itu) dan dihadiri oleh Bapak Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta.

Lokasi Museum Tekstil Jakarta

Tempat wisata ini berada di Jl. K.S. Tubun No.2-4, RT.4/RW.2, Kota Bambu Sel., Kec. Palmerah, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11420

Harga Tiket Museum Tekstil Jakarta

Untuk masuk wisata Jakarta ini pengunjung dikenakan biaya Rp. 5.000

Catatan : harga tiket bisa berubah sesuai kebijakan pengelola

 

Jam Operasional

Selasa – Minggu : 09.00 – 15.00 WIB

 

Daya Tarik

Mengelilingi Area Museum

Ketika datang ke tempat ini, langkah pertama yang dapat diambil adalah menjelajahi seluruh kompleks museum. Anda akan menemukan beragam sudut menarik yang tersebar di seluruh area tersebut.

Apabila dilihat dari luar, bangunan museum ini memiliki ciri khas gaya kolonial yang sangat mencolok. Hampir semua bangunan di lokasi ini dicat dengan warna putih yang kontras, dan diberi sentuhan tembok semen serta pilar kayu yang tangguh.

Taman di area ini juga sangat lapang dan luas. Penuh dengan rerumputan dan pepohonan yang menyejukkan, suasana alam yang asri tercipta dengan sempurna.

 

Koleksi Tekstil Tradisional Indonesia

Mungkin Anda belum tahu bahwa museum ini sebenarnya memiliki koleksi yang tak tertandingi di Indonesia, mencapai angka 1.000 item. Fenomenal, bukan?

Koleksi yang dijaga dengan baik di museum ini datang dari beragam jenis tekstil tradisional Indonesia yang terbagi menjadi empat kategori utama. Ini termasuk kain tenun, kain batik, perlengkapan tekstil, dan koleksi campuran.

Motif-motifnya beragam, mulai dari pola geometris yang sederhana hingga yang rumit dan memukau. Terdapat ragam corak batik seperti Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Palembang, Madura, dan Riau yang termasuk ke dalam kategori rumit.

Anda juga dapat menemukan sebuah bendera yang berasal dari Keraton Cirebon, menjadi salah satu koleksi tertua di sini. Bendera ini adalah kain batik tulis yang dihiasi dengan kaligrafi Arab, ditenun dari serat kapas.

Bendera bersejarah ini memiliki makna penting dalam pandangan masyarakat Islam, terutama bagi mereka yang berasal dari Cirebon. Dahulu, bendera ini menjadi simbol syiar Islam di kawasan tersebut melalui keraton.

 

Koleksi Kain Non-Tenun

Semua koleksi yang tersedia di museum ini berhubungan dengan dunia wastra atau kain tradisional yang memiliki nilai budaya Indonesia. Termasuk di dalamnya alat-alat untuk menyiapkan benang yang diperlukan dalam pembuatan tekstil.

Selain itu, Anda juga dapat melihat alat tenun, kain wastra yang ditenun dan bukan tenun, hingga pakaian jadi. Terdapat setidaknya 12 jenis kain yang tergolong dalam koleksi wastra dengan teknik bukan tenun ini.

 

Misalnya seperti iket dari Cirebon, kunfe dari Sulawesi Tengah, kain panjang dan sarung dari Lasem. Selain itu, juga ada sarung dari Pekalongan dan Tegal, kain panjang dari Yogyakarta, Indramayu, dan Cirebon.

 

Anda juga bisa menjumpai kain-kain lainnya seperti kampuh dari Surakarta, kain sahap dari Sumatera Utara, hingga kain sayut yang berasal dari Tuban. Semua koleksi kain yang indah ini menjadi refleksi kekayaan budaya Indonesia.

 

Koleksi Busana

Koleksi pakaian tradisional yang ada di museum ini dirancang dengan memperhatikan bentuk tubuh. Terdapat tiga koleksi utama, diantaranya lemba dari Sulawesi Tengah, sape buri dari Kalimantan Barat, dan kopiah meukeutop dari Aceh Besar.

 

Koleksi Kain Tenun

Sejumlah koleksi kain tenun yang dihadirkan termasuk lafa, selendang limar songket, lipa ‘sabbe, sapik udang, kombu, ulos ragidup, kamben cepuk sari, dan semekan. Selain itu, ada juga songket lepus berakam, lelangit ragi telaga membang, dan lau pahudu kiku.

 

Taman Pewarna Alam

Setelah puas menjelajahi halaman dan ruangan utama museum, pengunjung dapat beranjak ke bagian belakang. Di sana terdapat Taman Pewarna Alam yang luasnya mencapai 2.000 meter persegi.

Di taman ini, Anda akan menemukan berbagai jenis tanaman yang digunakan sebagai bahan pewarna alami. Selain itu, pengunjung juga diberi kesempatan untuk mengikuti kursus pewarnaan tekstil saat museum beroperasi.

Fasilitas

  • Mushola
  • Toilet
  • Area parkir
  • Perpustakaan
  • Ruang menyusui
  • Kantin
  • Area duduk-duduk santai
  • Pusat oleh-oleh.
Bagikan: