Beranda KABAR Imunisasi Anak Berperan Penting Menurunkan Angka Penyakit Menular, Namun Kepatuhan Masih Rendah: Seberapa Berbahaya?
KABAR

Imunisasi Anak Berperan Penting Menurunkan Angka Penyakit Menular, Namun Kepatuhan Masih Rendah: Seberapa Berbahaya?

Wisatarakyat.com – Imunisasi merupakan benteng pertahanan utama dalam melindungi anak dari penyakit menular yang berpotensi mematikan. Melalui vaksin, tubuh anak dilatih untuk mengenali dan melawan kuman penyebab penyakit sebelum infeksi terjadi. Penyakit seperti campak, polio, difteri, pertusis, dan tetanus bukan sekadar penyakit ringan, tetapi dapat menyebabkan kecacatan permanen, komplikasi berat, bahkan kematian apabila tidak dicegah sejak dini. Ketika imunisasi dilakukan secara lengkap dan merata, manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh satu anak, tetapi oleh seluruh masyarakat. Kekebalan kelompok terbentuk, penyebaran penyakit terhambat, dan wabah dapat dicegah. Namun, perlindungan ini sangat rapuh. Begitu cakupan imunisasi menurun, celah terbuka, dan penyakit yang sebelumnya terkendali dapat kembali menyerang.

Fenomena kegagalan imunisasi kini menjadi ancaman serius. Kegagalan ini terjadi saat anak tidak menerima vaksin lengkap dan tepat waktu, sehingga tubuh tidak memiliki perlindungan yang memadai. Dalam kondisi ini, satu anak yang tidak diimunisasi bukan hanya berisiko jatuh sakit, tetapi juga dapat menjadi titik awal penyebaran penyakit di lingkungan sekitarnya. Penyakit menular tidak memilih korban; ia menyebar cepat, terutama pada kelompok yang tidak terlindungi. Rendahnya kepatuhan imunisasi memperbesar risiko terjadinya wabah. Campak, misalnya, dapat menyebar hanya melalui udara dan sangat mudah menular. Polio dapat menyebabkan kelumpuhan seumur hidup. Difteri dapat menyerang saluran pernapasan dan berakibat fatal bila terlambat ditangani. Penyakit-penyakit ini bukan ancaman masa lalu, melainkan ancaman nyata yang dapat kembali menghantui ketika imunisasi diabaikan.

Bahaya lainnya adalah meningkatnya beban sistem kesehatan. Wabah penyakit menular memaksa fasilitas kesehatan bekerja ekstra, menguras tenaga kesehatan, dan meningkatkan biaya pengobatan. Sementara itu, keluarga harus menanggung dampak ekonomi akibat biaya perawatan, kehilangan waktu kerja, dan trauma psikologis. Semua ini seharusnya dapat dicegah melalui imunisasi yang biayanya jauh lebih murah dibandingkan pengobatan penyakit. Anak-anak menjadi kelompok paling terdampak. Sistem kekebalan mereka belum sekuat orang dewasa, sehingga risiko komplikasi jauh lebih tinggi. Ketika imunisasi tidak dilakukan, anak kehilangan hak atas perlindungan dasar kesehatan. Lebih berbahaya lagi, penundaan imunisasi sering kali dianggap sepele, padahal keterlambatan dapat menghilangkan kesempatan emas untuk membentuk kekebalan optimal. Rendahnya kepatuhan imunisasi juga menciptakan ketidakadilan kesehatan. Anak-anak di daerah dengan cakupan rendah menjadi lebih rentan dibandingkan mereka yang tinggal di wilayah dengan layanan imunisasi optimal. Ketimpangan ini memperbesar potensi penyebaran penyakit lintas wilayah, terutama di tengah mobilitas penduduk yang semakin tinggi.

Menghadapi ancaman ini, langkah paling mendesak adalah memastikan setiap anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal. Orang tua memegang peran kunci dalam memutus rantai penularan penyakit. Mengabaikan imunisasi bukan hanya mempertaruhkan kesehatan anak sendiri, tetapi juga membahayakan anak-anak lain di sekitarnya. Peningkatan literasi kesehatan menjadi kebutuhan mendesak. Informasi yang tidak benar tentang vaksin dapat menimbulkan ketakutan yang berujung pada keputusan berisiko. Edukasi yang berkelanjutan diperlukan agar masyarakat memahami bahwa risiko tidak diimunisasi jauh lebih besar dibandingkan risiko vaksin itu sendiri. Selain itu, layanan imunisasi harus semakin mendekat kepada masyarakat. Penyesuaian jam layanan, imunisasi keliling, dan sistem pengingat jadwal menjadi upaya penting agar tidak ada alasan bagi anak untuk tertinggal imunisasi.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas MKWU Pekerjaan Sosial dengan Dosen Pengampu :  Fajar Utama Ritonga, S.Sos., M.Kesos

Ditulis oleh : Hulwana Husna, Imaniyah Indah F, Leni Mastina, Nadhiya Fahrina, Nur Hanifah

 

Sebelumnya

5 Sop Buntut Legendaris di Jakarta yang Konsisten Lezat dari Masa ke Masa

Selanjutnya

Pulau Sifnos, Alternatif Wisata Tenang di Yunani yang Masih Alami

Wisata Rakyat